MENGAPA KEINGINAN TAK TERKABULKAN?
Ditulis oleh Ahmad Naqieb Alinaksi *)
maka seperti itulah gambaran pertanyaan
kebanyakan orang dalam menjalani hidupnya saat ini. Tidak heran apabila saat
ini banyak orang yang merasa selalu kekurangan dalam hidupnya, merasa hidup
sendiri, dan tak ada yang menemani. Mereka merasa apapun yang telah mereka
terima tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Jika pikiran semacam itu
merasuk untuk menjadi bahan pemikiran dan kemudian bisa melecutkan diri menjadi
lebih baik, tentu pikiran-pikiran itu menjadi bermanfaat. Lain halnya jika
pikiran-pikiran semacam itu menjadi sebuah penyesalan, kemarahan, bahkan
keputusasaan, maka sudah barang tentu semua itu hanya akan menjadi penyakit
dalam diri kita.
Friday, 01 April 2011
“..
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. al-Baqarah [2]: 216)
Seperti judul tulisan yang tertera di atas,
“Mengapa Keinginan tak Terkabulkan?”,
Belum menjadi seorang muslim sejati apabila
dalam pribadinya tumbuh bibit penyakit hati. Penyakit hati bisa tumbuh dari
berbagai macam bibit. Salah satu bibit yang berbahaya adalah perasaan kurang
yakin dan berburuk sangka kepada Allah SWT Dengan penyakit ini, manusia akan selalu
merasa bahwa Allah SWT tidak pernah sayang kepadanya. Allah SWT tidak mau
memberi hamba-Nya nikmat dan Allah SWT itu jahat. Ketika penyakit ini merasuk
dalam diri seseorang, maka nafsu jahat dalam diri manusia sedang berpesta pora
menyambut kedatangan teman baru mereka, dan ia adalah keserakahan.
Sifat serakah seringkali menjalar dalam diri
tanpa bisa dideteksi dengan alat apapun selain kesucian hati. Dengan sifat
serakah manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang mereka miliki. Memang
boleh apabila kita merasa tidak puas dengan apa yang kita dapatkan, terutama
dalam hal ilmu dan ibadah, tetapi tidak pada nikmat Allah SWT. Kita tidak boleh
menghujat Allah SWT dengan mengatakan bahwa Allah SWT tidak pernah memberi apa
yang kita inginkan, karena dengan begitu kita sebenarnya telah digiring nafsu
jahat dalam diri untuk menjadi seseorang yang kufur nikmat. Naudzubillâh min dzâlik…
Sebenarnya, apabila kita mampu mengkaji lebih
dalam tentang semua yang diberikan Allah SWT, maka kita akan bisa merasakan
betapa rahmân (kasih) dan rahîm (sayang) Allah SWT yang begitu
melimpah. Allah SWT selalu memberi apa yang terbaik di hadapan Allah bagi
makhluk-Nya. Kebanyakan manusia selalu menilik apa yang diberikan Allah SWT
dengan kacamata nafsu mereka, bukan dari hikmah yang ada dibaliknya. Dengan
jelas Allah telah menjelaskan dalam surat al-Baqarah [2] ayat 216 bahwa Allah
SWT selalu memberi yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya, karena hanya Allah SWT
lah yang paling mengerti tentang apa-apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Bisa jadi
kita membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kita, dan bisa jadi ketika
kita menyukai sesuatu, padahal ternyata ia amat buruk bagi kita.
Ada sebuah analogi sederhana. Sebuah cerita
tentang seorang anak bernama Ahmad dan ibunya yang sedang menyulam kain. Sang
ibu duduk di atas kursi dan Ahmad duduk di lantai, di samping kursi ibunya.
Ketika sang ibu menyulam, Ahmad bertanya, “Ibu, kenapa ibu membuat untaian
benang yang begitu rumit dan tidak teratur seperti itu?” Sang ibu hanya
tersenyum dan terus meyelesaikan sulamannya itu. Tak berapa lama hasil
sulamannya pun jadi. Ibu mengangkat dan mendudukkan Ahmad ke pangkuannya. Kemudian
sang ibu berkata, “Apa yang kamu lihat sekarang Ahmad?” Ahmad menjawab, “Wow,
indah sekali sulaman ini, Bu!” Ahmad takjub ketika melihat pola dari atas yang
begitu rapi membentuk gambar bunga, berbeda dengan apa yang ia lihat dari
bawah, rumit dan tidak beraturan. Kemudian sang ibu menjelaskan kepada anaknya
bahwa apa yang ia lihat adalah perumpamaan hidup kita. Jalan hidup seringkali
terasa begitu rumit dan buruk bagi kita, tapi belum tentu di mata Allah SWT.
Bisa jadi apa yang kita pandang sebagai sesuatu yang berat dan menyusahkan,
ternyata begitu indah di hadapan Allah SWT .
Dari
cerita tersebut kita seharusnya bisa lebih memahami bahwa Allah SWT selalu
lebih mengerti apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Semua yang kita terima,
baik itu nikmat ataupun musibah hanya merupakan ujian dari Allah SWT. Dalam
al-Quran surat al-Ankabut [29] ayat 2 Allah SWT menyampaikan firman yang
artinya, ”Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah
beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi.” Jadi, kita tidak perlu risau akan
semua ujian itu. Hal yang perlu kita lakukan adalah melakukan apapun dengan
sebaik-baiknya. Semua ujian yang diberikan Allah SWT tidak lain adalah untuk
mengetahui siapa yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. Dalam lanjutan
surat al-Ankabut [29] ayat 3, Allah telah menjelaskan, “Dan sesungguhnya kami
telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta.”
Allah
memang tidak akan selalu memberi apa yang kita inginkan, tetapi yakinlah bahwa
Allah pasti akan memberi apapun yang kita butuhkan. Sebagai sebuah refleksi,
ada baiknya kita renungkan ungkapan berikut ini;
Mungkin bertahun tahun sudah kita
menengadahkan tangan, tekun berdoa dan berusaha untuk keberhasilan dan
kebahagiaan. Sering kita mengeluh karena banyak harapan yang tidak bisa
tercapai. Namun kini kita harus sadar, ada kalanya niatan kita tertunda dan
keinginan kita tak kita dapati, dan kita yakin Allah akan menggantikan dengan
yang lain, yang lebih baik. Kita yakin keberhasilan dan kebahagiaan itu akan
menghampiri walaupun mungkin dalam bentuk dan waktu yang lain. Insya Allâh...
Semoga renungan dalam tulisan singkat ini
menjadi spirit (rûh) baru untuk menjalani kehidupan ini. Allah SWT
Yang Maha Segalanya memiliki skenario yang jauh lebih baik dari apa pernah kita
fikirkan. Dengan meyakini hal ini akan menambah kesungguhan kita dalam beramal
baik di dunia ini. Dunia hanyalah ladang sementara untuk menanam bekal yang
akan kita bawa ke akhirat kelak. Apa yang dijanjikan oleh Allah di akhirat
tentu lebih baik dan kekal. Kalau doa dan permohonan kita belum dikabulkan di
dunia maka masih ada akhirat yang menjadi tempat paling tepat untuk mendapatkan
segalanya. Wallâhu a’lamu bi ash-shawâb wa ilaihi al-marja’ wa al-ma’âb…
*) Santri Ponpes UII dan
Mahasiswa Psikologi UII
Komentar
Posting Komentar